Information and Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan salah satu topik terhangat pada era 5.0 saat ini yakni membahas tentang cloud computing. Teknologi cloud computing dihadirkan sebagai upaya untuk memungkinkan akses sumber daya dan aplikasi dari mana saja melalui jaringan Internet secara realtime, sehingga permasalahan keterbatasan pemanfaatan infrastruktur ICT yang sebelumnya ada dapat diatasi. NIST mendefinisikan Cloud Computing adalah sebuah model untuk kenyamanan, akses jaringan on-demand untuk menyatukan pengaturan konfigurasi sumber daya komputasi (seperti, jaringan, server, media penyimpanan, aplikasi, dan layanan) yang dapat dengan cepat ditetapkan dan dirilis dengan usaha manajemen yang minimal atau interaksi dengan penyedia layanan.
Penawaran implementasi dari Cloud computing merupakan peluang dan tantangan baru bagi praktisi ICT. Keahlian yang dimiliki praktisi ICT dapat langsung digunakan dalam penerapan teknologi cloud, namun di beberapa kasus yang lain kemampuan dari praktisi perlu di dikembangkan karena tuntutan dalam meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi sesuai standar di lingkungan cloud computing. “Big Company” di dunia beberapa diantaranya telah mengeksplorasi teknologi cloud computing untuk dijadikan bisnis seperti Google, Microsoft, IBM, Amazon, dsb dengan menginvestasikan jutaan dolar untuk hal tersebut. Perusahaan tersebut menawarkan layanan cloud, sehingga sebagian besar tugas pemantauan, konfigurasi, integrasi, pembelian infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak tidak lagi dibutuhkan karena akan ditangani oleh penyedia cloud, melalui pemaksimalan fasilitas dari cloud computing, tidak ada lagi koneksi point-to-point antara pengguna dan infrastruktur komputasi.
Walaupun sudah banyak beredar informasi https://tipscaradaftar.blogspot.com berkaitan kelebihan penggunaan cloud computing, namun saat ini masih terdapat kekhawatiran bagi administrator ICT di perusahaan atau organisasi untuk menerapkan cloud computing pada perusahaan mereka, hal tersebut didasari kekhawatiran akan kehilangan kontrol atas data perusahaan mereka karena media penyimpanan data perusahaan tersimpan di penyedia layanan cloud computing dan masalah lainnya adalah mengenai Interoperabilitas dan keamanan. Storage atau media atau tempat penyimpanan berbasis cloud computing saat ini telah banyak dimanfaatkan sebagai solusi untuk pertukaran data dan informasi di suatu institusi untuk menunjang pekerjaan, salah satunya di Politeknik Indonusa Surakarta, penyimpanan berbasis cloud sangat diperlukan karena banyak aktivitas pertukaran data dan informasi dilakukan secara digital, baik itu pertukaran data antara dosen, civitas akademik, tenaga kependidikan maupun kepada mahasiswa. Pemanfaatan ownCloud sebagai perangkat lunak open source untuk mengatasi masalah pertukaran data berbasis cloud computing dikatakan sangat tepat dikarenakan aplikasi berbasis website, desktop, dan mobile sehingga memudahkan pengguna dalam mengakses data.
Politeknik Indonusa sendiri menggunakan teknologi cloud computing untuk kegiatan perkuliahan dan diimplementasikan pada aplikasi SPMB, SIAKAD, PAYMENT, MBKM, TRACER, dan aplikasi pendukung perkuliahan lainnya.
Dalam implementasi teknologi cloud dibutuhkan resource dan SDM yang harus paham berkaitan struktur dari cloud computing itu sendiri, seperti terlihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 1. Struktur Cloud Computing
Berdasarkan gambar diatas, cloud computing memiliki Lima karakteristik penting, yaitu:
On-demand self-service. Konsumen dapat menentukan kemampuan komputasi secara sepihak, seperti server time dan network storage, secara otomatis sesuai kebutuhan tanpa memerlukan interaksi manusia dengan masing-masing penyedia layanan.
Broad network access. Kemampuan yang tersedia melalui jaringan dan diakses melalui mekanisme standar yang mengenalkan penggunaan berbagai platform (misalnya, telepon selular, tablets, laptops, dan workstations).
Resource pooling. Penyatuan sumberdaya komputasi yang dimiliki penyedia untuk melayani beberapa konsumen virtual yang berbeda, ditetapkan secara dinamis dan ditugaskan sesuai dengan permintaan konsumen. Ada rasa kemandirian lokasi bahwa pelanggan pada umumnya tidak memiliki kontrol atau pengetahuan atas keberadaan lokasi sumberdaya yang disediakan, tetapi ada kemungkinan dapat menentukan lokasi di tingkat yang lebih tinggi (misalnya, negara, negara bagian, atau datacenter). Contoh sumberdaya termasuk penyimpanan, pemrosesan, memori, bandwidth jaringan, dan mesin virtual.
Rapid elasticity. Kemampuan dapat ditetapkan dan dirilis secara elastis, dalam beberapa kasus dilakukan secara otomatis untuk menghitung keluar dan masuk dengan cepat sesuai dengan permintaan. Untuk konsumen, kemampuan yang tersedia yang sering kali tidak terbatas dan kuantitasnya dapat disesuaikan setiap saat.
Measured Service. Sistem cloud computing secara otomatis mengawasi dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya dengan memanfaatkan kemampuan pengukuran (metering) pada beberapa tingkat yang sesuai dengan jenis layanan (misalnya, penyimpanan, pemrosesan, bandwidth, dan account pengguna aktif). Penggunaan sumber daya dapat dipantau, dikendalikan, dan dilaporkan sebagai upaya memberikan transparansi bagi penyedia dan konsumen dari layanan yang digunakan.
Infrastruktur cloud merupakan komposisi dari dua atau lebih cloud (public, private, community) yang masih entitas unik namun terikat bersama oleh standar atau kepemilikan teknologi yang menggunakan data dan portabilitas aplikasi (e.g., cloud bursting for load-balancing between clouds).
Gambar 2. Konektivitas Cloud Computing
Perbedaan SaaS, PaaS dan IaaS dapat dilihat dari sisi kendali atau tanggung jawab yang dilakukan oleh vendor penyedia jasa layanan cloud maupun customer. Pada gambar 3, di situ dijelaskan stack (jenjang) teknologi komputasi dari Networking naik hingga ke Application. Dijelaskan sampai di stack mana suatu vendor layanan cloud memberikan layanannya, dan mulai dari jenjang mana konsumen mulai memegang kendali dan bertanggung jawab penuh pada stack di atasnya.
Gambar 3. Infrastruktur Cloud Computing
Mulai dari kanan, pada SaaS, seluruh stack merupakan tanggung jawab penyedia layanan cloud. Konsumen benar-benar hanya mengkonsumsi aplikasi yang disediakan. Pada PaaS, penyedia layanan cloud bertanggung jawab mengelola Networking hingga Runtime. Konsumen memiliki kendali dan bertanggung jawab membuat aplikasi dan juga skema database-nya. Pada IaaS, penyedia layanan cloud bertanggung jawab untuk Networking hingga Virtualization. Konsumen sudah mulai bertanggung jawab untuk Operating System ke atas. Sebagai perbandingan, di gambar juga ditunjukkan arsitektur tradisional on-premise (bukan cloud), alias semua ada di data center. Di sini IT bertanggung jawab untuk seluruh stack, dari Networking hingga Application
Bagi “Sebagian besar” institusi dalam memaksimalkan proses manajemen perkuliahan di instansinya, tidak sedikit mengalami kendala dalam costum aplikasi pendukung perkuliahan, terlihat saat ini sudah banyak sekali bertebaran pihak ketiga dalam menawarkan aplikasi pendukung perkuliahan, akan tetapi mencari produk yang sesuai karakter institusi tidaklah mudah.
Sevima.com merupakan salah satu penyedia aplikasi pendukung perkuliahan yang lengkap, hal ini terlihat pada website resminya, beberapa fitur terlihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Produk Sevima.com
Terlihat beberapa fitur dari sevima.com yang cukup lengkap, apabila institusi yang hendak melakukan transformasi aktivitas manajemen menggunakan teknologi cloud computing dari sevima merasa bingung, di dalam aplikasi disertakan chat konsultasi untuk memudahkan dalam penentuan pemilihan aplikasi.
Kenapa harus sevima? Bagaimana dengan vendor/pihak tiga lainnya? Pilihan selalu ada, namun kredibilitas perusahaan merupakan salah satu poin juga dalam penentuan pilihan. PT Sentra Vidya Utama (SEVIMA) adalah Perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Pendidikan (EdTech). Sesuai dengan tagline SEVIMA yaitu #revolutionizeEducation, Sevima sebagai pioner dalam solusi sistem informasi akademik No. 1 di Indonesia, terus berkomitmen menghadirkan solusi inovatif di dunia Pendidikan Indonesia. Dengan menyediakan platform edukasi terintegrasi untuk institusi Pendidikan tinggi dan telah melayani lebih dari 700 Perguruan Tinggi dengan total pengguna sebanyak lebih dari 2,5 juta pengguna.
Institusi yang akan menggunakan cloud computing perlu mempertimbangkan dengan matang sebelum beralih ke jenis layanan yang ditawarkan teknologi ini, tidak semua layanan harus menggunakan on-demand, karena terdapat jenis-jenis layanan yang akan lebih efisien bila dilakukan secara on-premise. Beberapa jenis layanan bahkan dapat dilakukan secara bersamaan (hybrid) dengan menggabungkan kedua jenis model tersebut. Diperlukan kesiapan infrastruktur yang memadai, karena dibutuhkan bandwith internet yang cepat dan stabil agar cloud computing dapat berjalan dengan baik. Apabila belum dapat “costum” sendiri maka sevima merupakan salah satu alternatif pilihan dalam implementasi transformasi teknologi di institusi perguruan tinggi.